Friday, 20 February 2015

Osjur


OsJur atau yang biasa disebut dengan OSPEK JURUSAN adalah kegiatan tahunan yang diadakan oleh HIMATEKSI (Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil ) Fakultas Teknik – Universitas Yudharta pasuruan. Pesertanya adalah mahasiswa baru di Program studi teknik sipil. Osjur adalah proses pengkaderan resmi calon mahasiswa teknik sipil. Panitianya tidak lain adalah anggota Osjur dijalankan secara variatif dan bergantung pada kepentingan himpunan saat itu. Menjadi kader himpunan adalah tujuan utama dari osjur ini. Kurikulum didesain sedemikian hingga oleh Mamed (Materi Metode) Panitia Ospek Jurusan. Panitia pun dipersiapkan dengan sungguh. Pelatihan-pelatihan kepanitiaan pun diadakan.
Osjur masuk dalam wahana edukasi.

 peserta didik menjadi pribadi yang mampu belajar mandiri bisa diartikan pribadi yang merdeka. Pikiran-pikirannya tidak terbelenggu oleh berbagai pengetahuan baru yang didogmakan. Ia tidak melecehkan pikirannya hanya dengan mengikuti arahan-arahan yang nirnalar. Osjur pada dasarnya untuk mencapai itu. Hal konkret yang terlihat dari suksesnya Osjur yakni daya kritis peserta osjur, mampu membuat gebrakan dan inovasi baru di himpunan. Jika dibahasakan secara halus, Osjur dilaksanakan untuk membentuk kader himpunan yang militan.

Osjur kali ini beda seperti biasanya karna kami berkunjung ke sahabat kita di ITN Malang untuk mengenalkan FKMTSI (FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA TEKNIK SIPIL) dan juga memberikan motifasi terhadap peserta oleh Kahim Sipil ITN Malang. Pendidikan Osjur sejatinya menghilangkan kesenjangan antara peserta dan panitia, namun pada pelaksanaannya justru tidak. Osjur membentuk gap antara senior dan junior. Panitia memposisikan dirinya sebagai para raja yang secara tidak langsung harus disapa "Kakak" sementara peserta terpaksa menjadi "hamba". Pengkastaan terjadi secara alamiah. Bagaimana tidak, saat semua peserta dikumpulkan di suatu tempat, pembentakan seringkali dilayangkan panitia ke peserta. Mimik muka panitia pun dipasang marah, biarpun sejatinya adalah sandiwara. Persis seperti teater panggung. Panitia bagian lapangan terutama yang membuat barikade  melingkari peserta dengan melipat kedua tangan di dada. Ditambah dengan memasang muka beringas. Kecantikan dan kegantengan dalam tempo singkat berubah menjadi sosok yang menakutkan. Ketengangan memuncak apalagi saat peserta membuat kesalahan.  Sikap panitia seperti ini tidak bisa tidak membuat peserta naik darah. Kemarahan memuncak. Namun, peserta mencari justifikasi agar terlihat tenang dihadapan panitia. Pikiran mandeg, logika mati. Semua peserta memerankan orang sedang puasa yang harus mampu menanggung amarah biarpun pahit dan mencederai hati dan kepala. Tidak lain dan tidak, demi jahim sebagai legalitas anggota himpunan.

Timbulnya kasta senior dan junior sebagai output dari Osjur harus segera dihilangkan melalui pembenahan di metode pelaksanaan osjur. Memposisikan peserta sebagai rekan belajar panitia adalah sebuah keharusan. Pembentakan, memasang mimik beringas harus segera dihapus dan diganti dengan pemberikan kuliah indoor ataupun outdoor. Kuliah didesain semenarik mungkin dengan melibatkan secara langsung peserta dan pantia. Dengan demikian, Osjur dibentuk sebagai wadah untuk belajar, bukan untu menciptakan batasan antara senior dan junior.

0 comments:

Post a Comment