OsJur atau yang biasa disebut dengan OSPEK JURUSAN adalah
kegiatan tahunan yang diadakan oleh HIMATEKSI (Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil )
Fakultas Teknik – Universitas Yudharta pasuruan. Pesertanya adalah mahasiswa baru
di Program studi teknik sipil. Osjur adalah proses pengkaderan resmi calon mahasiswa
teknik sipil. Panitianya tidak lain adalah anggota Osjur dijalankan secara
variatif dan bergantung pada kepentingan himpunan saat itu. Menjadi kader
himpunan adalah tujuan utama dari osjur ini. Kurikulum didesain sedemikian
hingga oleh Mamed (Materi Metode) Panitia Ospek Jurusan. Panitia pun
dipersiapkan dengan sungguh. Pelatihan-pelatihan kepanitiaan pun diadakan.
Osjur masuk dalam wahana edukasi.
peserta didik menjadi pribadi yang mampu belajar mandiri bisa diartikan pribadi
yang merdeka. Pikiran-pikirannya tidak terbelenggu oleh berbagai pengetahuan
baru yang didogmakan. Ia tidak melecehkan pikirannya hanya dengan mengikuti
arahan-arahan yang nirnalar. Osjur pada dasarnya untuk mencapai itu. Hal
konkret yang terlihat dari suksesnya Osjur yakni daya kritis peserta osjur,
mampu membuat gebrakan dan inovasi baru di himpunan. Jika dibahasakan secara
halus, Osjur dilaksanakan untuk membentuk kader himpunan yang militan.
Osjur kali ini beda seperti biasanya karna kami berkunjung ke sahabat kita di ITN Malang untuk mengenalkan FKMTSI (FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA TEKNIK SIPIL) dan juga memberikan motifasi terhadap peserta oleh Kahim Sipil ITN Malang. Pendidikan Osjur sejatinya menghilangkan kesenjangan
antara peserta dan panitia, namun pada pelaksanaannya justru tidak. Osjur
membentuk gap antara senior dan junior. Panitia memposisikan dirinya sebagai
para raja yang secara tidak langsung harus disapa "Kakak" sementara
peserta terpaksa menjadi "hamba". Pengkastaan terjadi secara alamiah.
Bagaimana tidak, saat semua peserta dikumpulkan di suatu tempat, pembentakan
seringkali dilayangkan panitia ke peserta. Mimik muka panitia pun dipasang
marah, biarpun sejatinya adalah sandiwara. Persis seperti teater panggung.
Panitia bagian lapangan terutama yang membuat barikade melingkari peserta dengan melipat kedua
tangan di dada. Ditambah dengan memasang muka beringas. Kecantikan dan
kegantengan dalam tempo singkat berubah menjadi sosok yang menakutkan. Ketengangan
memuncak apalagi saat peserta membuat kesalahan. Sikap panitia seperti ini tidak bisa tidak
membuat peserta naik darah. Kemarahan memuncak. Namun, peserta mencari
justifikasi agar terlihat tenang dihadapan panitia. Pikiran mandeg, logika
mati. Semua peserta memerankan orang sedang puasa yang harus mampu menanggung
amarah biarpun pahit dan mencederai hati dan kepala. Tidak lain dan tidak, demi
jahim sebagai legalitas anggota himpunan.
Timbulnya kasta senior dan junior sebagai output dari
Osjur harus segera dihilangkan melalui pembenahan di metode pelaksanaan osjur.
Memposisikan peserta sebagai rekan belajar panitia adalah sebuah keharusan.
Pembentakan, memasang mimik beringas harus segera dihapus dan diganti dengan
pemberikan kuliah indoor ataupun outdoor. Kuliah didesain semenarik mungkin
dengan melibatkan secara langsung peserta dan pantia. Dengan demikian, Osjur
dibentuk sebagai wadah untuk belajar, bukan untu menciptakan batasan antara
senior dan junior.
0 comments:
Post a Comment